PENYERAHAN DIRI SEORANG MURID

Dalam ajaran pertarikatan, etika murid terhadap guru (mursyid) adalah satu hal yang menjadi faktor keberhasilan seorang murid dalam menempuh perjalanan spiritualnya
Dalam satu kisah diceritakan, suatu ketika nabi sedang berdiri di mimbar lalu seorang pemuda masuk ke dalam masjid. Saat itu nabi menghentikan ceramahnya dan menjemput
sang pemuda. Beberapa sahabat bertanya siapa gerangan pemuda itu. Nabi pun memperkenalkan bahwa pemuda itu adalah putra dari seorang yang telah mengajarkan sesuatu kepada Nabi.
Pada satu waktu Syech Muhammad Fudail guru dari Syech Abdur Razak menyampaikan kepada murid-muridnya bahwa dia baru saja kehilangan cincin ketika berada di kamar kecil.
Serta merta murid-murid beliau berinisiatif untuk mencari cincin itu, sebagian mencari kayu dan mengorek-ngorek kotoran dimana cincin tersebut diperkirakan terjatuh, namun Abdur razak sendiri menyinsingkan lengan bajunya dan dengan tangan itu dicarinya cincin yang terjatuh itu hingga dia mendapatkannya.
Di satu waktu yang lain sang guru baru saja dari satu tempat dan membawa kayu yang belum dilunasinya. Pada saat itu ketika sang guru belum dapt menyelesaikan persoalan kayu itu, sang murid Syech Abdur Razak menyerahkan diri kepada pemilik kayu untuk menjadi alat tukar bagi kayu yang telah di beli oleh gurunya.
Dalam perjalanan sejarah berikutnya sang murid inilah yang menjadi penerus penyebar Tarekat Khalawayiyah Zammanniyah.
Penyerahan diri seorang murid kepada mursyidnya adalah salah satu latihan penyerahan diri. Penyerahan diri adalah wujud dari hilangnya ke-aku-an seorang hamba hingga lebur hanya kepada keberadaan Yang Maha Ada.
Ke-aku-an seorang hamba adalah awal dari kedurhakaan, Ke-aku-an iblis telah menyebabkannya terusir dari Surga, Ke-aku-an fir’aun telah mengantarkan dirinya menjadi penuhanan dirinya. Penyerahan diri seorang murid kepada gurunya menjadi sarana eliminasi ke-aku-an atau kesombongan akan dirinya.

No comments: