Perkumpulan Syarofal Anam (PPSA) Edisi Maulid nabi..


Sebagaimana di ketahui, salah satu kitab Maulid Nabi yang paling populer di dunia Islam dan menjadi adat tradisi budaya Palembang adalah Syarofal Anam.

Kitab Maulid yang di karang Syekh Ahmad bin Ali bin Qosim al-Hasani al-Maliki al-Bukhari al-Andalusi ini, di Palembang dalam Abad ke 18 di syiarkan oleh Syekh Abdus Somad al-Palembani.
Di zaman Kesultanan Palembang Darussalam, di ceritakan bahwa Sultan Mahmud Badaruddin mempunyai satu kebiasaan yaitu mengadakan perlombaan berbagai bidang ketangkasan dan kecakapan.

Di antaranya adalah perlombaan menulis Al-Qur'an, ketangkasan dalam cabang-cabang kesenian, termasuk karang-mengarang kitab, terbangan/rebana, seni ukir, pencak silat, memanah, Bidar dan ketangkasan senjata lainnya.
Baginda amatlah kagum, karena itu Sultan berkenan memberikan mereka yang berprestasi dalam lomba tersebut gelar Tumenggung dan seterusnya sampai Pangeran di Sertai bingkisan-bingkisan yang menarik.

Wirid dzikir Maulid Syarofal Anam ini menjadi adat tradisi Palembang.
Pelaksanaan pembacaan Syarofal Anam sering di laksanakan pada kegiatan-kegiatan seperti;
Upacara Pernikahan, kelahiran, tasmiah, khitan, membangun dan mendiami rumah baru, memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw serta hari-hari besar Islam lainnya. Oleh karena itu banyak persatuan/ perkumpulan di bentuk di kampung-kampung untuk mempelajari bacaan dan melagukan syair-syairnya dengan bacaan dan lagu/irama dengan sebaik-baiknya di iringi terbangan dan rodat.

Masjid Agung sebagai pusat syiar dakwah Islamiyyah yang berlokasi di kelurahan 19 Ilir Palembang, sejak dulu dalam perkembangan nya mempelopori pembentukan suatu wadah organisasi komunitas yang di beri nama " Perkumpulan Pelajar Syarofal Anam" ( PPSA ) 19 Ilir Palembang dalam tahun 1951.

Organisasi ini mulanya di ketuai Kgs.H.Abdullah Mas'ud imam, yang tujuannya syiar Islam, meneruskan amaliyah alim ulama dan tokoh-tokoh tempo dulu serta melestarikan seni budaya daerah.
Kemudian barulah disusul dengan berdirinya PPSA lain-lainnya di setiap kampung.

Guru/ tokoh-tokoh Syarofal Anam yang berperan antara lain;
Kgs.H.A.Hamid imam (w.1948), Sayid Soleh Abdullah (w.1968), Kgs. Ansori, Mgs. Agus (w.1980), Ki. Anang Abdullah (w.1971), Wancik Ali (w.1993), Alwi Gatmir, Sayid Umar Sahab, A. Rahman Alkaf, Kgs. H. M. Hasyim Zuber, H.Salim Soleh dan lain-lain.
Dalam tahun 1961 berdiri pula gabungan Syarofal Anam (GAPSA) di ketuai Mgs. A.Kohar.
Di Masjid Agung di adakan malam wirid dua belasan, mujawadah dan sebagainya.

Upaya pelestarian dan pembinaan PPSA ini hendaklah mendapat Perhatian serius dari kita semua.

Penulis;
Kms. H.Andi Syarifuddin.

Poligami Menurut Islam

Cantik,muda, berpendidikan,berpenghasilan. Demikian kriteria perempuan yang akan di jadikan istri kedua,entah ia masih gadis ataupun janda.

Berbeda dengan istri pertama yang sederhana,polos,dan lugu; biasanya istri kedua bertolak belakang dari istri pertama.

Polemik Poligami

Persoalan poligami akan selalu menjadi hal yang pro dan kontra,tak akan pernah ada kata sepakat,apalagi pendapat laki laki dan perempuan di benturkan.
Perempuan beranggapan lelaki mau enak sendiri,lelaki beranggapan perempuan tidak memahami syariat. persoalan semakin pelik jika poligami sudah melibatkan kontak emosi terlalu jauh; seorang suami yang tidak bisa curhat kepada istrinya lalu menemukan perempuan lain yang kebetulan cocok menjadi teman curhatnya. Atau seorang suami menemukan istri yang selama ini di impikannya, hal yang tidak di dapatkannya dari istri pertama.

Secara alamiah,lelaki memiliki insting petualang, melebihi perempuan. Perempuan paling energik dan sangat bebas sekalipun, seiring posisinya sebagai istri dan ibu pada akhirnya akan mengakhiri masa adventuringnya. Mendekam di rumah menikmati fitrah sebagai istri,ibu,pendidik,pengasuh,tukang masak dan seterusnya. 
Lelaki,walau bertanggung jawab terhadap nafkah kebutuhan keluarga;tetap memiliki semangat berpetualang. 
Ada lelaki yang tetap suka bermain bola,naik gunung,jalan jalan,hangout dengan teman temannya,nonton keluar.
Walau ia seorang Familly Man sekalipun,sisi adventuring itu tidaklah hilang.

Bila kebiasaan adventuring ini mendapatkan pelepasan semestinya, biasanya dia tidak butuh lagi petualangan cinta. Misal, ia aktif di organisasi,yayasan,sibuk mengejar karir,terlibat aktif mengasuh anak anak maka energinya akan tersalur.
Namun,dalam kejenuhan dan keterdiaman,lelaki bisa memulai petualangan cinta.

Lah,apa hubungannya dengan Poligami ?

Poligami ala Rasulullah, Saw dan orang orang shaleh.
Rasulullah.saw menikah lagi setelah bunda Khadijah wafat. Pernikahan beliau rata rata mengambil janda yang sudah tua. Pernikahan dengan perempuan mudah nan cantik antara lain terjadi terhadap Aisyah dan Sofiyyah. Meski demikian, visi misi pernikahan beliau, tidaklah bergeser dari kepentingan dakwah dan tentu sesuai Syariah.

Sultan Murad menikahi Huma Khatun ( Ibunda Al Fatih ) sebagai istri ketiga, juga karena alasan politik.
Selain alasan Politik, Sultan Murad mampu mengondisikan istri istrinya untuk taat kepada Allah SWT. Bacaan Al Quran senantiasa menemani hari hari mereka.

Poligami Sekarang

Sebetulnya tidak ada keharusan lelaki untuk menikah lagi dengan wanita yang lebih tua.
Harus janda, beranak banyak. Tidak ada dalam satu ayat pun dalam Al Qur'an dan Hadist yang melarang laki laki menikahi Perempuan di sebabkan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya.
Apakah haram menikahi Perempuan pintar?
Apakah haram menikahi Perempuan cantik?
Apakah haram menikahi Perempuan Muda?
Apakah haram menikahi Perempuan berpenghasilan dan kaya?
Jawab nya; Tidak,tidak,tidak dan tidak.
Silahkan saja mencari Istri pertama yang pintar,kaya,cantik dan muda.
Silahkan mencari Istri yang kedua seperti itu juga. Bahkan ketiga dan keempat, dengan kriteria yang sama.

Lalu apa masalahnya?

Masalahnya adalah bila Visi dan Misi Bergeser.
Dulu menikah dengan Istri pertama dalam kondisi serba kekurangan.
Maklum,baru lulus kuliah, penghasilan hanya beberapa ratus ribu. Kontrakan rumah petak dan bau.
Yang di cari adalah wanita yang tahan banting; mau bagaimanapun rupah dan bentuknya. Mau bagaimanapun asal keluarga dan kondisi keuangannya.

Dua puluh tahun kemudian atau lima belas tahun kemudian, atau baru sepuluh bahkan lima tahun; ketika kondisi keuangan membaik. Si Pemuda culun yang sederhana dulu berubah menjadi laki-laki yang gagah dan berkarisma. Keuangan membaik dengan setatus mapan dan kedudukan terhormat.

Ketika hasratnya untuk memiliki Istri kedua muncul, biasanya dia tidak akan memilih seperti Istri pertama yang apa adanya.
Setidaknya yang kedua hadir pada saat kondisinya mapan, maka ya, haruslah Perempuan yang lumayan.
Lumayan parasnya, lumayan pendidikan dan keuangannya.
Perkara Istri pertama sakit hati dan anak-anak tak mengerti dengan pilihan sang kepala keluarga; itu urusan ke sekian.

Membenci Syariat.

Jika Perempuan menolak Poligami, jangan serta Merta mengatakan; Gak mau patuh ya sama perintah Allah?
Gak mau taat syariat ya?
Mau menolak isi Al Qur'an?
Maka, mesti hati patah dan sakit luar biasa, pilihan Poligami terpaksa di jalankan. Apapun konsekuensi nya. Kalau nanti Istri pertama sakit-sakitan, dikira tidak ikhlas.
Walaupun menerima dengan hati lapang, sepanjang jalan pernikahan pastilah akan tumbuh beragam persoalan yang kadang-kadang, tertuding lagi Perempuan.
Ini gara-gara Istri pertama gak mau mengalah, ini gara-gara Istri Pertama ngelunjak.

Laki-laki adalah Qowwam

Laki-laki adalah Pemimpin bagi dirinnya, istri dan anak-anaknya. Keluarga nya. Pernikahan haruslah membangun mahligai yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Seharusnya, lelaki yang memiliki logika lebih dari perempuan dapat memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya.

Menikahi wanita berusia 25 tahun saat istri pertama berusia 40 tahun, apa dampaknya? Bila istri pertama merelakan, apa yang harus di siapkan suami? Apa kesepakatan yang harus di tegakkan antara istri pertama dan kedua? Bagaimana tentang Maisyah? Bila istri kedua memiliki penghasilan yang besar, seorang pengusaha atau wanita karir; bukan berarti kewajiban nafkah sang Qowwam teralihkan, bukan?
"Nanti pembagian nafkah bagaimana?" Istri pertama bertanya cemas, mengingat kebutuhan anak-anak.
"Tenang, dia bekerja dan berpenghasilan kok." Jawab suami atas pertanyaan istri pertama.
Lantas di mana sifat Qowwammanya jika ia memilih istri yang mapan dan merasa tidak memiliki kewajiban untuk menafkahi? 

Tak bisa berbagi Hati

Rasulullah Saw memang lebih mencintai Aisyah.
Aisyah dan Syafiyyah pun pernah berselisih. Aisyah dan Hafsah pun pernah berselisih. Tak akan pernah persoalan hati dan emosi dapat di timbang dengan rasio.
Meski pengakuan beberapa Lelaki menyatakan, cinta terhadap istri pertama dan kedua bukan seperti membagi hati ( seperti mencintai anak 1,2,3 dan 4 dst tetap sama besarnya); kecendrungan itu pastilah ada.
Cenderung terhadap istri pertama yang telah berkorban waktu, tenaga, hati, pikiran dan semua yang di miliki.
Atau cenderung terhadap istri kedua yang cenderung 'baru'; baru sebagai teman, baru sebagai kekasih, dan baru sebagai pasangan.
Percayalah kecenderungan itu pasti muncul.

Siapakah laki-laki yang jujur dan menanggung konsekuensi nya?

Beberapa berjanji, tak akan meninggalkan anak-anak ketika memiliki istri yang berikut; nyatanya tak selalu kondisi ekonomi stabil.
Keharusan mencari nafkah bagi dua istri menyebabkan waktu semakin tersita. Dua dapur dan dua Keluarga tentu membutuhkan lebih banyak supplai finansial. Belum lagi perselisihan yang menguras emosi. Antara kedua istri, antara kedua keluarga, antara anak-anak. Ujung-ujungnya, poligami yang di salahkan; tuh kan, anak-anaknya nakal. Keluarga Morat Marit. Bapaknya kawin lagi sih?

Lalu bagaimana?

Bila memang poligami akan di lakukan, bisakah seorang suami menceritakan secara jujur apa yang nanti akan terjadi; keuangan, waktu, urusan ranjang, kecenderungan hati, anak-anak dan seterusnya?
Bila komitmen akan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi, bisakah ia menepati janji-janjinya?

Dan bila ingin seperti Rasulullah Saw, bisahkan istri kedua dari gadis-gadis yang sudah sangat matang dalam kesendirian. Janda-janda yang beranak banyak yang kurang mampu. Perempuan yang tak cantik yang tak pernah di lirik laki-laki.
Bisahkan sang istri pertama tetap perempuan yang jauh lebih cantik, lebih muda, lebih terhormat? 

Atau mau jujur dalam petualangan kali ini, pernikahan di simbolkan demikian; istri pertama untuk keprihatinan, istri kedua untuk bersenang-senang. Kalau demikian halnya, janganlah membawa Sunnah Rasulullah Saw sebagai alasan Poligami.
Sebab Sunnah Rasulullah juga berimbang dengan kewajiban untuk menghargai Ibu dari anak-anak. Perempuan yang berbakti terhadap suami, istri yang sehari hari menyisihkan seluruh kepentingan Pribadinya untuk Suami tercinta.

Masjid Cheng Hoo Palembang

Masjid Cheng Hoo Palembang sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang.


Masjid ini adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jakabaring Palembang.
Peletakan batu pertama Masjid Cheng Hoo dilakukan pada bulan Semptember 2005, tanah tempat berdirinya Masjid merupakan tanah hibah dari Pemerintah Daerah, modal awal pembangunan sekitar Rp.150 juta di peroleh dari anggota PITI Sumatera Selatan dan mulai digunakan sejak hari jumat 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jumat berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jamaah dari berbagai etnis dan daerah di Palembang.
Acara tersebut juga di hadiri Walikota Palembang yang turut sholat jumat berjamaah.

Bentuk Arsitektur Masjid 



Masjid Cheng Hoo memiliki dua lantai dan mampu menampung sekitar 600 jamaah. Lantai pertama di gunakan untuk jamaah laki-laki, sedangkan lantai kedua di gunakan untuk jamaah wanita.
Menara dikedua sisi Masjid meniru Kelenteng-kelenteng di Cina, di cat warna Merah dan Hijau Giok.

Pembangunan Masjid menelan biaya sekitar Rp.4 miliar, Masjid di bangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Indonesia dan Arab. 
Masjid ini mempunyai pasilitas, Tempat Pendidikan Alquran ( TPA ) untuk anak-anak diadakan secara geratis, Kantor DKM, Perpustakaan Masjid, serta Ruang serbaguna dan dilengkapi dengan rumah Imam.
Bangunan Masjid berukuran 25 x 25 meter, berdiri di atas tanah 500 meter persegi.

Sejarah Laksamana Cheng Hoo dengan Palembang


Penyebaran Islam diIndonesia, selain di lakukan para pedagang dari Arab, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di pesisir Palembang.
Di sini pula peran Laksamana Cheng Hoo dalam menyebarkan Islam di Palembang.
Armada Cheng Hoo sebanyak 62 kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang di pimpinnya itu, pernah empat kali berlabuh di Pelabuhan Tua di Palembang.

Sejarah Kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Hoo. Sejak Melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Laksamana Cheng Hoo sempat empat kali datang di Palembang.
Laksamana Cheng Hoo adalah seorang Kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok ( berkuasa tahun 1403-1424 ), Kaisar ketiga dari Dinasti MIng.
Laksamana Cheng Hoo berasal dari Propinsi Yunnan dan mempunyai nama asli Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao.
Ketika Pasukan Ming menaklukan Yunnan,,Ma He ( Ma Sanbao ) di tangkap lalu di wajibkan untuk menjalani Pendidikan MIliter sampai kemudian menjadi seorang Laksamana.
( ada juga satu riwayat menceritakan bahwa Laksamana Cheng Hoo berasal dari Suku Hui, Suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam ).

Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan kerajaan SRIWIJAYA, pernah meminta bantuan Armada Tiongkok yang ada di Aisa Tenggara untuk menumpas Perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketentraman.
Kepala Perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan di bawah ke Peking.
Semenjak itu, Laksamana Cheng Hoo membentuk Masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang.
Jadi dengan kata lain, Masyarakat Islam Tionghoa di Palembang sudah ada sejak Zaman kerajaan SRIWIJAYA.
Demikianlah,sejarah singkat mengenai Masjid Cheng Hoo di Palembang. Lebih dan Kurangnya Saya Minta Maaf. 
Semoga Bermanfaat. 

MASJID AL MAHMUDIYAH ( MASJID SURO )

Masjid Besar Al Mahmudiyah atau lebih di kenal oleh Masyarakat dengan sebutan Masjid SURO.


Berlokasi di Jl.ki gede ing suro, kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II Palembang.
Merupakan Masjid Bersejarah di Palembang.
Masjid ini didirikan oleh Ulama Palembang yang bernama KH.Abdurahman Delamat bin Syarifuddin, bersama sahabatnya KH.Kgs Mahmud Usman 
( Kgs. Khotib ) pada tahun 1889.

Tak seperti  Masjid-masjid zaman sekarang, yang di bangun semegah dan semewah mungkin.
Masjid Suro masih tetap tampak Kelasik dan Teradisional dengan atap layaknya rumah-rumah penduduk di sekitarnya.

Begitu juga dengan menarahnya yang tampak kokoh berbentuk lancip pada ujungnya.
Bentuk Menarah yang seperti itu, menambah kesan Kelasik Masjid ini.

Bahkan, bila Masjid-masjid yang lainnya menggunakan kubah berbentuk bundar dan pipih,kubah Masjid Suro ini justru hanya berbentuk tajuk limas dengan mustaka dan kubah dari Aluminium.
Simbol ini menandakan Arsitektur Masjid ini terpengaruh Masjid-masjid di Jawa, seperti Masjid Agung Demak.



Dari luar Masjid ini tampak biasa-biasa saja. Bahkan, menurut warga setempat, Masjid ini seperti kurang terawat.
Namun demikian, pada bagian dalam, Masjid ini tampak begitu indah.
Kendati dinding-dinding nya masih berupah beton semen.
Luas bangunan Masjid yang berukuran 40x30 meter persegi ini, mampu menampung jamaah hingga sekitar 1.000 orang.

Peninggalan Sejarah.

Dengan usianya yang terbilang lebih dari satu abad, Masjid Suro ini menyimpan berbagai benda peninggalan Sejarah.
Di antaranya, Beduk, Sokoguru  (tiang) untuk penyangga Masjid, Kolam tempat berwudhu, Serta Mimbar tempat makam Kiyai Delamat.

Sejarah Sang Kiyai.

KH. Abdurahman Delamat bin Syarifuddin. Adalah Salah satu Ulama besar di Palembang.
Menurut keterangan, Kiyai Delamat lahir di Desa Babat Toman wilayah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Setelah Dewasa ia pindah ke Palembang dan Berdomisili di daerah Bom Baru kelurahan 5 ilir, tepatnya di sekitar Masjid Lawang Kidul.
Ketika masih Remaja, Kiyai Delamat pernah belajar di Mekah, Madinah dan Baitul Maqdis. Bersama Kiyai Muaro Ogan ( Ki Merogan ).

Semasa hidupnya, Kiyai Delamat tidak mempunyai satupun Rumah.
Kecuali Masjid-masjid yang di bangun nya.
Adapun Masjid-masjid yang di bangun nya itu antara lain;
Masjid Pulau Panggung, Masjid Fajar Bulan, Masjid Babat Toman dan Masjid Pulau Sambi. Sedangkan di Kota Palembang, Beliau Membangun Masjid Al MAHMUDIYAH ( Masjid Suro ) dan Masjid Rohmaniyah yang terletak di kelurahan 35 ilir Palembang.

Pelarangan Beribadah Oleh Belanda.

Pada zaman penjajahan Belanda, Masjid Suro ini pernah di bongkar oleh Belanda dan di larang di gunakan untuk tempat Ibadah selama kurang lebih 36 Tahun.

Wafat nya Kiyai Delamat.

Kiyai Delamat pernah di asingkan oleh Belanda di Dusun Sarika sampai Beliau wafat dan di Makamkan di Masjid Babat Toman. Namun Oleh Anaknya KH.Abdul Kodir dan KH.Muhammad Yusuf, jenazah Kiyai Delamat di pindahkan kembali ke Palembang dan di Makamkan di belakang Mimbar Khatib.
Tetapi, karena tidak di setujui oleh Belanda, akhirnya jenazah Kiyai Delamat di pindahkan kembali ke pemakaman Jambangan tidak jauh dari Masjid Suro. Sampai sekarang Makam Kiyai Delamat masih di sana tepatnya di belakang Madrasah Nurul Falah kelurahan 30 ilir Palembang.

Setelah Kepengurusan Masjid di serahkan kepada Kiyai Kgs.H.Mahmud Usman atau Kiyai Khotib, akhirnya nama Masjid ini berubah menjadi Al MAHMUDIYAH sesuai nama Pengurus nya.

Setelah Kiyai Kgs. H.Mahmud Usman meninggal dunia, maka sekitar tahun
1342H / 1919M, diadakanlah pertemuan antara pemuka Agama dan Masyarakat di Kelurahan 35 Ilir, untuk membentuk ke pengurusan Masjid yang baru.
Ini atas Prakasa Kiyai Kiemas H.Syekh Zahri. Maka terpilih lah ke pengurusan BAM, yang di ketuai oleh Kgs.H.M.Ali Mahmud.

Dimasa kepengurusannya, Pada tahun 1920, Masjid ini mulai di bongkar untuk di perbaiki. Pada tahun 1925, di  bangun menara Masjid.
Yang paling penting bagi Masyarakat, di perbolehkan nya kembali untuk Shalat Jumat oleh Belanda.
Masjid yang pernah di pakai untuk berkumpulnya Pemuda-pemuda Pejuang yang tergabung dalam BPRI ( Badan Pelopor Republik Indonesia ).

Demikianlah Riwayat yang bisah saya sampaikan. Lebih dan kurangnya.
Saya minta maaf jika ada yang tidak sesuai.



Move on Perihal yang sulit untuk dilakukan ataukah Mudah untuk dilakukan.



Pernahkah kita menyayangi seseorang? Menyayanginya dengan begitu sangat. Hingga kita pernah berangan-angan untuk selalu bersamanya menghabiskan sisa waktu yang ada di dunia ini.

 Pernahkah kita mencintai seseorang? 

Mencintai dengan rasa yang begitu teramat mendalam. Hingga kita pernah bermimpi untuk bisa mendampinginya menjalin bahtera rumah tangga dalam kehidupan ini. 
Pernahkah kita terlanjur memberikan hati kita pada seseorang? Seseorang yang telah kita perjuangkan dengan berbagai banyak cara dan usaha untuk membahagiakannya. 
Karena kita meyakininya untuk bisa menjadi jodoh kita. Terkadang memang kenyataan itu tak sesuai harapan.

Apa yang terjadi tak sesuai keinginan kita. Apa yang ada tak terjadi senada dengan perjuangan kita. 
Ternyata orang yang begitu kita sayangi dan kita harapkan itu justru pergi meninggalkan kita. 
Entah secara perlahan dia menjauh pergi dengan alasan yang tak pernah ia beri. Atau dengan sangat cepat dia tiba-tiba hilang, tanpa sepatah kata dan alasan apapun yang coba ia bilang.

Pasti rasanya begitu sakit di hati ini, kita yang sudah sangat berharap menjadikannya kekasih hati. 
Tiba-tiba seketika pergi meninggalkan pedihnya luka hati.
Ibarat sebuah benih yang telah kita tanam dan kita rawat hingga senantiasa tumbuh bersemi.
Tiba-tiba tercabut mati dan tiada yang peduli.
Niscaya hanya meninggalkan akar yang sulit menumbuhkan daun dan bunga lagi. Itu karena si dia pergi, membuat sang benih harus menerima kenyataan bunganya selama ini tak begitu berarti. 

Mungkin kita harus mengerti, seseorang yang seperti ini memang biarlah pergi. 

Dia yang seenaknya datang dan pergi, tak layak dapatkan keseriusan hati.
Kita yang pernah mencintai seseorang namun ternyata dikhianati.
Kesetian yang telah kita jaga setiap hari. 
Tak terbalas olehnya yang dengan sengaja menduakan hati. Rasanya pasti hati kita begitu hancur berkeping-keping.
Kita yang telah dibuatnya terbang melayang-layang karena indahnya cinta yang kita rasa bersamanya. 

Namun justru saat diatas awan, kita melihat dengan mata kepala bahwa ia sedang bermesra ria dengan orang lain disana.


Seketika seperti jatuh dihempaskan ke tanah dengan begitu keras. Sakit, luka, pedih dan seolah tak percaya bahwa orang yang selama ini kita percaya, dia telah bermain hati di belakang kita. 
Sulit pasti menerima kenyataan, karena kita terlanjur menyayanginya dengan begitu mendalam. 
Rasanya ingin tetap bertahan, mencoba membujuk ia untuk bisa berubah dan kembali di pelukan.
Ah namun rasanya percuma, kala kita menyadari dan coba memahami. 
Jika ia memang setia dan menyayangi kita, ia tak mungkin akan mendua.
Kita jadi sadar, orang yang tak setia memang tak pantas diberikan cinta.
Rasa sakit karena kehilangan, rasa pedih karena cinta kita terabaikan, dan rasa sepi karena dia telah jauh pergi. 
Tentu membuat kita terlarut dalam kesedihan hati.
Kita tentu awalnya sangat kecewa dengannya.
Rasanya ingin menamparnya keras-keras sambil membentaknya dengan lantang. Namun apalah daya kita, kita tak tega lakukan itu karena kita teramat mencintainya. 
Mungkin ada hari-hari dimana kita masih tersibukkan dengan kesepian hati. Luka di hati kenapa tak kunjung pergi.
Kita mencoba melupakan, namun terasa sulit memang.  Hari-hari yang ada justru selalu mengingatnya. 

Ingat kala bersamanya, ingat kala bercanda tawa dengannya dan teringat saat kita merajut mimpi indah bersamanya. 

Terkadang kita pun jadi berfikir untuk bisa bersamanya lagi.
Terbayang bayangan indah jika suatu saat kita akan menjadi jodohnya, hingga tak sadar air mata kita menetes perlahan sambil bayangkannya. 
Namun kenapa saat kita ingat itu semua, justru rasa sedih di hati kita semakin terasa. Justru kita semakin terasa menderita.

Mungkin saat itu kita sadar, bahwa dia sedang kita bayangkan.
Dia itu adalah orang yang sebenarnya telah menyakiti kita. 
kita pun ingin beranjak dari segala kesedihan yang terjadi.
Ya memang rasanya pasti sulit jika kita telah terlanjur sangat mencintainya.
Karena di hati kita masih tertinggal sebuah akar dari benih cinta yang telah kita tumbuhkan dulu.

"Ya biarlah waktu yang meleburnya sedikit-demi sedikit "


“Kenapa ya, rasanya begitu sulit melupakannya?  Apa aku gak bisa move on?” 


Bukannya kita tak bisa move on kala sulit lupakan dia, justru kita akan mengerti bahwa selama ini itu bahwa kita memang benar-benar tulus menyayanginya. Mungkin hanya orang-orang yang tulus yang bisa merasakannya. 
Namun kita harus tahu, terlalu lama meratapinya justru kita yang akan sulit Move on.
Ya kita harus harus segera lanjutin hidup ini, masih ada cerita panjang yang akan kita lalui.
Masih ada banyak harapan dan cita-cita yang akan kita wujudkan. 
Mungkin kita harus menganggapnya sebagai sebuah fase hidup yang telah kita lalui. Toh dari pengalaman bersamanya, membuat kita lebih berhati-hati untuk tak disakiti seseorang lagi. 

 “Kenapa dulu aku mencintainya? Begitu sayang padanya?”

Rasa menyesal pasti ada, meneysal kenapa dulu menyayanginya.
Namun rasa penyesalan itu harus segera kita syukuri. Karena dari itu kita telah tersadar.
Mungkin kita harus mencoba tersenyum sekarang, anggap saja dia itu adalah sebuah kesalahan pilihan.
Kita kan nggak selamanya benar, tentu ada waktu dimana kita salah memilih. 
Ya anggap saja dia itu pilihan yang ternyata salah kita pilih.
Maka saat ini yang perlu kita lakukan adalah membenarkannya, waktunya kita membenarkan pilihan.
Oh jangan lagi memilihnya kembali, buat apa memilih suatu yang salah untuk kedua kalinya.
Seperti ketika kita ulangan di kelas, yang salah harus kita benarkan jawabannya. 
Karena kita tahu itu adalah salah.
Yang kedua, mungkin kita juga yang salah memilih waktu dalam memilih.
Mungkin untuk sekarang belum waktunya bagi kita untuk menyerahkan hati kita pada orang lain.
Tentulah setiap hal itu butuh waktu yang tepat untuk ditempatkan, jika tidak tepat ya seperti ini jadinya.
Ibarat umur lima tahun sudah masuk SMP, ya bakal sering menangis karena dijaili teman-temannya.
Mungkin itulah seperti kita, yang terlalu buru-buru untuk berkasih sayang dengan orang lain.
Move on itu tak sekedar untuk melupakan. 
Tentu sulit lah, jika kita hanya sekedar melupakan.  Karena tentu memori dalam otak kita itu sulit terhapus. 
Apalagi harus menghapus kenangan indah kala bersamanya, pasti ada saja waktu tiba-tiba kita teringat olehnya. 
Sulit lagi jika harus menghapus kenangan yang begitu pahit karena ditinggalkannya, karena luka hati itu tentu sulit terhapuskan walau sudah memaafkannya. 
Sekarang waktunya kita untuk mengalihkan ingatan kita untuk memikirkan hal yang lain.
Supaya hati dan fikiran kita tak terbuang percuma untuk memikirkannya.
Sia-sia kan jika harus memikirkan orang yang telah menyakiti kita. 
Lebih baik kita memikirkan orang atau hal apapun yang bisa membahagiakan kita. Kita tentu sudah tahu, sumber kebahagiaan kita di dunia ini itu bukanlah dia.

So lets moving,


Di luar sana banyak kebahagiaan yang tengah menunggu kita.
Masih ada banyak kok orang yang siap membahagiakan kita.
Ada cinta yang baru didepan sana yang siap membahagiakan kita. 
Masih banyak mimpi yang tengah menunggu kita.
Mimpi yang siap bisa menutupi berkas hitam di masa lalu.
Masih banyak sahabat yang tengah menunggu kita.  Sahabat-sahabat yang mungkin sempat kita acuhkan kala kita sedang terpuruk sepi.
Waktunya kita tersenyum, sambut hidup baru kita tanpanya.

Kebahagiaan itu bukan tercipta karena kita yang terdiam dengan masa lalu, tetapi kebahagiaan itu kala kita bisa belajar dari masa lalu.
Cinta yang indah itu bukan dengan dia yang telah pergi, tetapi dengan dia yang sedang menanti kita di depan untuk siap bersama kita selamanya. 

MENGGAPAI IKHLAS DALAM BERIBADAH



SESUNGGUHNYA ikhlas itu, sangatlah mulia di hadapan Allah. 

Manusia yang ikhlas tidak akan berat dalam melakukan apa yang akan dilakukan, begitupun hatinya senantiasa berada pada pengharapan ridho Allah SWT. Lalu bagaimana bentuk ikhlas itu sendiri?

 Ikhlas tidak akan pernah diucapkan oleh pelakunya, ia akan memalingkan ucapannya hingga ia tidak akan pernah berbicara ikhlas. Rukun Ikhlas dalam beribadah terdiri dalam 2 bagian, yaitu: 

 1. Hatinya hanya menuju kepada Allah, tiada tujuan kecuali hanya Allah saja. 

 2. Secara zahirnya dalam beribadah mengikuti aturan qaidah fiqhiyah (sesuai dengan syariat Islam), 

bahwa tidak akan di terima amalnya seseorang apabila sesuatu yang ia amalkan telah menyalahi ajaran-Nya. 

 Karena dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa:

 إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ الْعَمَلَ إِلاَّ طَيِّب

"Sesungguhnya Allah itu bagus, dan tidak akan diterima kecuali amalan-amalan yang bagus”. 

Seseorang dalam beramal, apabila tidak memenuhi ke-2 rukun diatas, sebaik apapun amalannya tetapi sesuatu yang ia amalkan itu tidak benar dan tidak sesuai dengan syariat Islam, maka Allah tidak akan menerima amalannya, seperti yang dikatakan oleh Para Ulama:

 “Tidak akan diterima amalan seseorang melainkan ia-nya Ikhlas dan benar sesuai syari’ah”.

 Lebih jauh, dalam prakteknya; sebuah amalan yang kita lakukan tidak dikatakan sempurna melainkan dengan dilandasi niat yang kuat, lisan kita melafazkan secara zahir, kemudian diikuti dengan perbuatan yang sesuai dengan aturan syariat Islam.

 Seperti halnya mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. 

Hingga mereka mendirikannya tanpa imbalan. Untuk itu, supaya amalan kita diterima oleh Allah dan tidak sia-sia, alangkah lebih baiknya kita coba fahami sifat-sifat apa sajakah yang membedakan kita dalam melakukan ibadah, dengan satu tujuan supaya kita lebih jauh mengetahui kualitas seseorang dalam beramal sholih. 

Sifat Ikhlas dibagi dalam 3 macam:

 1. Ikhlas Awam, yaitu: Dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan rasa takut terhadap siksa Allah dan masih mengharapkan pahala. 

 2. Ikhlas Khawas, yaitu: Beribadah kepada Allah karena didorong dengan harapan supaya menjadi orang yang dekat dengan Allah, dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan sesuatu dari Allah SWT. 

 3. Ikhlas Khawas al-Khawas adalah: Beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Allah-lah Tuhan yang sebenar-benarnya. 

Dari penjelasan diatas, ikhlas tingkatan yang pertama dan kedua masih mengandung unsur pamrih (mengharap) balasan dari Allah,

 sementara tingkatan yang ketiga adalah ikhlas yang benar-benar tulus dan murni karena tidak mengharapkan sesuatu apapun dari Allah kecuali ridla-Nya, tingkatan ini hanya di miliki oleh orang-orang yang arif bi Allah.


 Imam Al-Ghazali mengatakan: 

”Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal (dengan ilmunya), dan orang yang beramal juga binasa kecuali yang ikhlas (dalam amalnya).

Akan tetapi, orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal. 

 Sungguh keikhlasan merupakan benteng yang paling kokoh yang tak tergoyahkan oleh apapun bentuk rayuan dan fitnah iblis beserta sekutunya. 

Semakin luas wilayah kerja (dakwah) seseorang, maka semakin diperlukan tingkat keikhlasannya. Apalagi di tengah semakin beragam hambatan atau ujian keikhlasan yang menghadang, yang pada umumnya seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna dalam Risalahnya, yaitu: 

Harta, kedudukan, popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan serta pujian.

 Inilah bangunan keikhlasan yang pernah ditunjukkan dan dicontohkan dalam dakwah para nabi Allah SWT, sehingga mereka meraih kesuksesan dan diabadikan namanya oleh Allah swt sebagai cerminan bagi para da’i sesudah mereka.